Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity)
Teori paritas daya beli berpendapat bahwa nilai tukar mata uang seharusnya ditentukan oleh harga relatif dari sekelompok barang yang setara di dua negara. Perubahan tingkat inflasi di suatu negara harus diimbangi dengan perubahan yang sesuai dalam nilai tukar untuk mencapai keseimbangan. Oleh karena itu, jika harga suatu negara naik akibat inflasi, maka nilai tukar mata uang negara tersebut harus terdepresiasi untuk menjaga keseimbangan daya beli.
1. Keranjang Barang dalam Teori Paritas Daya Beli
Keranjang barang yang digunakan dalam teori paritas daya beli adalah sampel dari semua barang dan jasa yang termasuk dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Ini mencakup barang dan jasa konsumsi, layanan pemerintah, mesin, peralatan, dan proyek infrastruktur. Contohnya, barang konsumsi yang termasuk adalah makanan, minuman, rokok, pakaian, sepatu, sewa, air, bensin, listrik, barang medis dan layanan kesehatan, furnitur, barang rumah tangga, kendaraan pribadi, bahan bakar, layanan transportasi, fasilitas rekreasi, serta layanan komunikasi, pendidikan, dan perawatan pribadi.
2. Indeks 'Big Mac' dan Paritas Daya Beli
Salah satu contoh paling terkenal dari teori paritas daya beli adalah Indeks 'Big Mac'. Indeks ini menggunakan harga burger Big Mac di berbagai negara untuk menunjukkan apakah suatu mata uang dihargai terlalu tinggi atau rendah dibandingkan dengan dolar AS. Misalnya, pada April 2002, harga Big Mac di Amerika Serikat adalah $2,49, sementara di Kanada harganya 3,33 CAD (setara dengan $2,12 USD). Berdasarkan teori paritas daya beli, seharusnya nilai tukar USD/CAD adalah 1,34, yang berarti nilai tukar saat itu overvalued sebesar 15% dibandingkan dengan nilai tukar yang seharusnya menurut 'Big Mac Index'.
3. Indeks Paritas Daya Beli OECD
Indeks yang lebih resmi dikembangkan oleh Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Dalam proyek paritas daya beli bersama dengan european Statistical Office, OECD dan Eropa berbagi tugas untuk menghitung paritas daya beli. OECD menerbitkan grafik yang menunjukkan level harga untuk sejumlah barang dan jasa di berbagai negara. Setiap negara diberi nilai 100 untuk harga barang dan jasa yang setara dalam mata uang lokal. Grafik ini memperbarui data mingguan untuk mencerminkan pergerakan nilai tukar terkini. Namun, hasilnya tidak selalu dapat dianggap sebagai angka yang pasti, karena ada perbedaan dalam metode perhitungan yang digunakan.
4. Keterbatasan Teori Paritas Daya Beli
Teori paritas daya beli terutama berlaku untuk analisis jangka panjang. Kekuatan ekonomi yang mendasari teori ini akan membawa nilai tukar menuju keseimbangan, meskipun proses ini memerlukan waktu yang sangat lama, biasanya antara 5 hingga 10 tahun. Salah satu kekurangan utama dari teori ini adalah anggapan bahwa perdagangan barang dapat dilakukan dengan mudah tanpa adanya hambatan seperti tarif, kuota, atau pajak. Sebagai contoh, ketika AS mengenakan tarif impor baru, harga barang domestik akan naik, namun hal ini tidak tercermin dalam grafik paritas daya beli di AS.
5. Faktor Lain yang Mempengaruhi Harga Emas dan Nilai Tukar
Selain faktor-faktor yang terkait dengan paritas daya beli, ada berbagai faktor lain yang perlu dipertimbangkan ketika menganalisis nilai tukar dan harga emas, seperti tingkat inflasi, perbedaan suku bunga, data ekonomi yang dirilis, kondisi pasar aset, aliran perdagangan, dan perkembangan politik. Oleh karena itu, meskipun teori paritas daya beli adalah salah satu pendekatan yang berguna, trader forex harus mempertimbangkan banyak teori dan faktor lain ketika memutuskan nilai tukar atau harga emas.
Komentar Pengguna
Belum ada komentar
Tulis Komentar